Di tempat saya bekerja, pernah membeli sebuah alat yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan obyek dibawah permukaan air. Kami menyebutnya fishfinder. Biasanya alat ini kami pergunakan untuk mengukur kedalaman air laut di kawasan Pelabuhan Khusus Pulau Bunyu untuk melengkapi data pada sistem informasi di divisi ini. Terutama saat kami melakukan kegiatan koreksi titik koordinat setiap unit light buoy yang terpasang sebagai sarana bantu navigasi di alur pelabuhan khusus Pulau Bunyu. Terkahir kali kami gunakan fishfinder ini untuk mencari salah satu light buoy yang tenggelam.
Pernah iseng-iseng kami gunakan untuk menentukkan tempat gerombolan ikan dibawah Dermaga Tidung Pulau Bunyu. Saat itu kebetulan ada beberapa orang teman sedang memancing ikan di dermaga itu. Setelah berhasil mendapatkan lokasi gerombolan ikan-ikan, kami memanggil para pemancing itu untuk memancing di tempat yang kami tunjukkan. Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka mendapat hasil pancingan yang cukup banyak. Melebihi seperti yang biasanya mereka dapatkan. Terlihat senyum lebar tergambar pada wajah para pemancing itu.
Alat yang kami sebut fishfinder ini mampu mendeteksi ikan-ikan yang berada dibawahnya. Bahkan alat ini bisa menampilkan ukuran tubuh setiap ikan yang tampak pada layar monitor. Kami juga sering menggunakannya untuk mengetahui ketebalan lapisan pasir, lumpur atau bebebatuan didasar laut. Jika dipasangkan rotor mini yang memang sebagai pelengkap tambahannya, alat ini pun bisa berfungsi untuk mengukur kecepatan arus laut. Benar-benar alat yang sangat berguna bagi kami. Tentu juga sangat berguna bagi pemiliknya yang lain. Fishfinder bisa melakukan semua itu karena penerapan prinsip-prinsip kerja sonar. Apa dan bagaimana sebenarnya sonar itu?
Sonar adalah istilah yang pertama kali digunakan oleh orang Amerika. Sonar merupakan singkatan dari Sound Navigation And Ranging. Sedangkan orang Inggris lebih suka menyebutnya ASDIC yang merupakan singkatan dari Anti Submarine Detection Investigation Committee. Tapi secara umum, bahkan di Indonesia juga, lebih sering digunakan istilah yang digunakan oleh Amerika, Sonar. Sonar adalah suatu metode yang memanfaatkan perambatan suara didalam air untuk mengetahui keberadaan obyek yang berada dibawah permukaan kawasan perairan. Secara garis besar sitem kerja sebuah peralatan sonar adalah mengeluarkan sumber bunyi yang akan menyebar didalam air. Bunyi ini akan dipantulkan oleh obyek didalam air dan diterima kembali oleh sistem sonar tersebut. Berdasarkan penghitungan kecepatan perambatan suara didalam air maka letak obyek didalam air tersebut dapat diketahui jaraknya dari sumber suara. Pada peralatan sonar yang lebih canggih, bentuk fisik ataupun bahan pembentuk obyek itu dapat diketahui juga.
Lalu, sejak kapan sonar sudah digunakan orang? Leonardo da Vinci, pembuat lukisan Monalisa yang terkenal itu, pernah membuat catatan harian yang menyatakan seperti ini : "Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga Anda, maka Anda dapat mendengarkan kapal-kapal laut di kejauhan". Catatan ini dibuat pada tahun 1490. Berdasarkan catatan ini dapat dipastikan bahwa pada tahun tersebut sonar sudar dikenal orang. Penggunaan sonar seperti ini disebut dengan Sonar Pasif (Passive Sonar). Karena kita hanya menangkap bunyi yang dihasilkan oleh suatu obyek dibawah permukaan air, bukan merupakan pantulan bunyi yang kita buat seperti pada peralatan sonar jaman sekarang.
Penelitian tentang perambatan suara didalam air yang merupakan prinsip dasar sonar dilanjutkan Daniel Colloden. Pada tahun 1822 beliau menggunakan sebuah lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan perambatan suara didalam air. Percobaan ini dilakukan di Danau Geneva, Swiss. Lalu penelitian selanjutnya dilakukan juga oleh Lewis Nixon. Pada percobaannya di tahun 1906, Lewis sudah menggunakan sistem sonar aktif. Penelitiannya ini sebenarnya bertujuan untuk mengukur puncak sebuah gunung es. Pada tahun-tahun berikutnya penelitian tentang sonar semakin berkembang maju. Terutama untuk tujuan kepentingan pihak militer. Terlebih ketika kapal selam mulai banyak digunakan dalam pertempuran di laut. Di bidang militer, peralatan sonar yang berfungsi sebagai pendeteksi keberadaan sebuah kapal selam dibuat oleh Paul Langevin pada tahun 1915.
Pada masa perang dunia pertama, pendeteksian keberadaan kapal selam musuh dapat diketahui dengan penempatan 12 Hydrophone (alat ini bekerja seperti microphone) yang diletakkan memanjang pada bagian bawah kapal laut. Ini bertujuan untuk menangkap sinyal suara yang berasal dari kapal selam. Pada masa itu orang belum menaruh perhatian penggunaan sonar pada bidang lain selain untuk kepentingan militer.
Pada saat perang dunia kedua berkecamuk, perkembangan peralatan sonar sudah semakin maju. Bahkan sonar juga mulai dipasang pada torpedo. Sistem sonar dapat menuntun torpedo ini meluncur kearah kapal musuh sebagai obyek tembak. Dan hasilnya jauh lebih akurat dibanding torpedo yang tidak dilengkapi dengan sistem sonar. Pada waktu itu, kemajuan ini benar-benar merupakan penemuan yang hebat.
Penggunaan teknologi sonar untuk kepentingan sipil mulai terlihat perkembangannya pada era 1970an. Pada waktu itu muali diadakan pembuatan sistem sonar yang disebut Analog Echo Integrator, dan Echo Counter. Peralatan ini sangat berguna untuk menentukan stok persediaan ikan di suatu kawasan perairan. Tidak lama kemudian beberapa negara seperti Amerika, Jepang, Norwegia, dan Jerman mulai mengembangkan peralatan Digital Echo Integrator Dual Beam Acoustyc System, Quasy Ideal Beam System, dan Split Beam Acoustic System yang semakin bisa keakuratan data bagi banyak penelitian sumber daya kelautan yang makin giat dilakukan oleh banyak negara. Penelitian sumberdaya kelautan ini misalnya bertujuan untuk menganalisa dampak lingkungan dalam exploitasi sumber laut, pemetaan dasar laut (Sea Bed Maping), menentukan lokasi pembangunan jaringan pipa atau kabel di dasar laut, menentukan lokasi pembuatan bangunan fisik ditengah laut, pencarian sumber-sumber mineral, mengindentifikasikan jenis lapisan didasar laut, pengukuran kedalam suatu kawasan perairan, dan banyak lagi.
Bagaimana penggunaan teknologi sonar di Indonesia? Seperti pada awal sejarah penggunaan sonar, di Indonesia pun sistem sonar digunakan pertama kali di bidang militer. Itu terjadi sejak pemerintahan Presiden Soekarno banyak membeli kapal-kapal perang beberapa negara seperti Amerika, Rusia, Italia dan Belanda pada tahun 1960an. Kabarnya sampai sekarang belum ada usaha-usaha yang serius dari pemerintah atau swasta di Indonesia yang mau melakukan penelitian untuk mengembangkan teknologi ini. Sangat disayangkan bila kabar ini memang benar. Sebab seperti kita ketahui, laut di Indonesia memiliki 2/3 luas yang lebih besar dibanding luas daratannya. Kawasan laut seluas ini seharusnya bisa dikelola dengan cara-cara yang profesional. Salah satunya adalah mengembangkan teknologi secara mandiri untuk menunjang tugas-tugas pengelolaan kawasan perairan kita, baik untuk kepentingan di bidang sipil maupun militer (pertahanan). Sehingga kita bisa segera melepaskan ketergantungan pada teknologi dari negara-negara maju.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar