Minat kalangan militer terhadap ruang angkasa meningkat selama dan sesudah Perang Dunia II, disebabkan oleh adanya pengenalan ilmu roket, rekan teknologi nuklir. Versi awalnya meliputi buzz bomb (bom dengung) dan peluru kendali. Mereka dianggap sebagai pengangkut potensial untuk bom nuklir dan bom konvensional.
Teknologi roket dan teknologi senjata nuklir dikembangkan secara bersamaan antara tahun 1945 dan 1963. Selama masa ujicoba nuklir atmosfer yang intensif ini, ledakan-ledakan di berbagai level di atas dan di bawah permukaan bumi banyak diujicobakan. Beberapa deskripsi yang sekarang familiar terkait atmosfer pelindung bumi, seperti misalnya adanya sabuk Van Allen, didasarkan pada informasi yang diperoleh melalui eksperimen stratosfer dan ionosfer.
Atmosfer bumi terdiri dari troposfer, dari permukaan laut hingga kurang-lebih 16 km di atas permukaan bumi; stratosfer (yang mengandung permukaan ozon), 16 km sampai 48 km di atas permukaan bumi; dan ionosfer, 48 km sampai lebih dari 50.000 km di atas permukaan bumi.
“Kulit” atau atmosfer pelindung bumi memanjang melebihi 3.200 km di atas permukaan laut hingga mencapai bidang magnet raksasa, yang disebut Van Allen Belt, yang bisa menangkap partikel-partikel bermuatan listrik (charged particle) yang disemburkan melalui kosmos oleh angin solar dan angin galaksi (solar wind dan galactic wind). Sabuk ini ditemukan pada tahun 1958 selama minggu-minggu pertama operasi satelit pertama Amerika, Explorer I. Sabuk itu terlihat mengandung partikel bermuatan yang terperangkap dalam bidang magnet dan gravitasi bumi. Sinar kosmik galaktik utama memasuki sistem solar dari ruang antar-bintang (interstellar space), dan terbuat dari proton-proton berdaya di atas 100 MeV (Megaelektron Volt) hingga besaran daya yang sangat tinggi. Mereka menyusun hampir 100 persen dari sinar-sinar berdaya tinggi. Sinar solar pada umumnya berdaya lebih rendah, di bawah 20 MeV (tetap tinggi untuk ukuran bumi). Partikel-partikel berdaya tinggi dipengaruhi oleh bidang magnet bumi dan oleh garis lintang geomagnet (di atas atau di bawah khatulistiwa geomagnet). Densitas fluks proton-proton berdaya rendah di puncak atmosfer di daerah kutub biasanya lebih besar dibandingkan dengan di khatulistiwa. Densitas ini juga berubah sesuai aktivitas solar, menjadi rendah jika panas solar rendah.
Sabuk Van Allen menangkap partikel-partikel bermuatan (proton, elektron, dan partikel alpha) dan bergerak spiral sepanjang garis-garis gaya magnet menuju daerah kutub di mana garis-garis gaya tersebut bertemu. Mereka terpantulkan bolak-balik di antara garis-garis gaya magnet dekat kutub. Sabuk Van Allen bagian bawah berada sekitar 7.700 km di atas permukaan bumi, sedangkan Sabuk Van Allen bagian luar berada sekitar 51.000 km di atas permukaan bumi. Menurut Encycopedia Britannica, Sabuk Van Allen paling padat terdapat di sepanjang khatulistiwa, sementara di kutub sangat sedikit. Mereka melandai sampai 400 km di atas Samudera Atlantik Selatan, dan berketinggian sekitar 1.000 km di atas Samudera Pasifik Tengah. Pada Sabuk Van Allen bawah, intensitas proton-nya adalah sekitar 20.000 partikel dengan daya di atas 30MeV per detik per sentimeter persegi. Elektronnya mencapai daya maksimum 1 MeV, dan intensitas maksimum 100 juta per detik per sentimeter persegi. Pada sabuk Van Allen luar, daya proton rata-rata hanya 1 MeV. Sebagai perbandingan, sebagian besar partikel bermuatan yang dilepaskan dalam sebuah ledakan nuklir memiliki daya antara 0,3 sampai 3 MeV, sementara X-ray untuk diagnosa medis memiliki puncak voltase sekitar 0,5 MeV.
Proyek Argus (1958)
Antara Agustus dan September 1958, Angkatan Laut AS meledakkan tiga bom nuklir tipe fission di ketinggian 480 km di atas Samudera Atlantik Selatan, di daerah Sabuk Van Allen bagian bawah yang paling dekat dengan permukaan bumi. Di samping itu, dua bom hidrogen diledakkan di ketinggian 160 km di atas Pulau Johnston di Laut Pasifik. Militer menyebutnya sebagai “eksperimen saintifik terbesar yang pernah dijalankan”. Ini dirancang oleh Departemen Pertahanan dan Komisi Energi Atom AS, dengan codename Project Argus. Tampaknya tujuannya adalah untuk menaksir dampak ledakan nuklir di ketinggian terhadap operasi radar dan transmisi radio akibat adanya electromagnetic pulse (EMP), dan untuk meningkatkan pemahaman atas bidang geomagnet dan perilaku partikel-partikel bermuatan di dalamnya.
Eksperimen raksasa ini menghasilkan sabuk radiasi (bagian dalam) magnetik baru yang melingkungi hampir keseluruhan bumi, dan menyuntikkan cukup elektron dan partikel-partikel energetic lainnya ke ionosfer yang menyebabkan efek global. Elektron-elektron tersebut bergerak bolak-balik sepanjang garis-garis gaya magnet, menimbulkan “aurora” (fenomena cahaya) artifisial ketika mereka menyentuh atmosfer dekat Kutub Utara.
Menurut laporan Keesings Historisch Archief (K.H.A) tanggal 13-20 Agustus 1961, Militer AS saat itu hendak menciptakan suatu “perisai telekomunikasi” di ionosfer. Perisai ini akan dibuat “di ionosfer pada ketinggian 3.600 km, melalui pengorbitan 350 miliar jarum tembaga, masing-masing memiliki panjang 2-4 cm [berat total 16 kg], membentuk sabuk setebal 10 km dan selebar 40 km, dengan jarak antar jarum sekitar 100 m”. Ketika itu, AS berencana menambah jumlah jarum tembaga jika eksperimen tersebut terbukti sukses. Namun rencana ini ditentang oleh International Union of Astronomers.
Proyek Starfish (1962)
Pada 9 Juli 1962, AS memulai serangkaian eksperimen lanjutan terhadap ionosfer. Berikut deskripsi dari mereka: “peralatan seberat satu kiloton pada ketinggian 60 km, dan satu megaton serta satu multi-megaton pada ketinggian beberapa ratus kilometer” (K.H.A 29 Juni 1962). Ujicoba-ujicoba ini sangat mengganggu Sabuk Van Allen bawah, mengubah bentuk dan intensitasnya (kepadatannya) secara substansial. “Dalam eksperimen ini, Sabuk Van Allen bawah akan benar-benar hancur selama beberapa saat, partikel-partikel dari Sabuk itu akan terangkut ke atmosfer. Sudah diketahui pula bahwa bidang magnet bumi akan terganggu dalam jarak yang panjang selama beberapa jam, menghalangi komunikasi radio. Ledakan di sabuk radiasi bagian dalam akan menciptakan kubah artifisial cahaya kutub yang akan terlihat dari Los Angeles” (K.H.A. 11 Mei 1962). Seorang pelaut Fiji, yang menyaksikan ledakan nuklir ini, mengatakan pada saya bahwa seluruh langit terbakar dan ia pikir itu akan menjadi akhir dunia. Eksperimen ini menimbulkan protes keras dari Queen Astronomer, Sir Martin Ryle di Kerajaan Inggris.
“Ionosfer [menurut pemahaman pada masa itu] yang menjadi bagian dari atmosfer antara ketinggian 65 dan 80 km dan 280-320 km akan terganggu oleh kekuatan mekanis yang dihasilkan oleh gelombang tekanan setelah ledakan. Pada saat bersamaan, radiasi yang berionisasi dalam jumlah besar akan dilepaskan, kemudian mengionisasi unsur-unsur gas di atmosfer pada ketinggian ini. Efek ionisasi ini diperkuat dengan radiasi dari hasil fission (pemecahan-penj)… Sabuk Van Allen bawah, yang terdiri dari partikel-partikel bermuatan yang bergerak sepanjang garis bidang geomagnet…juga akan terganggu. Sebagai akibat dari ledakan tersebut, bidang ini secara lokal akan rusak, sementara elektron baru yang tak terhitung banyaknya akan masuk ke sabuk bagian bawah” (K.H.A. 11 Mei 1962). “Pada 19 Juli…NASA mengumumkan bahwa sebagai konsekuensi dari ujicoba nuklir di ketinggian pada tanggal 9 Juli, sebuah sabuk radiasi baru telah terbentuk, membentang dari ketinggian sekitar 400 km hingga 1.600 km; ia bisa dilihat sebagai perluasan temporer Sabuk Van Allen bawah” (K.H.A. 5 Agustus 1962).
Sebagaimana dijelaskan dalam Encyclopedia Britannica: “…Starfish mengakibatkan sabuk yang jauh lebih lebar [dibanding Proyek Argus] yang memanjang dari ketinggian rendah lebih dari L=3 [yaitu tiga radius bumi atau sekitar 13.000 km di atas permukaan bumi].” Di akhir tahun 1962, USSR (Uni Soviet) menjalankan eksperimen yang serupa, menimbulkan tiga sabuk radiasi baru antara ketinggian 7.000 dan 13.000 km di atas bumi. Menurut Encyclopedia Britannica, fluks-fluks elektron di Sabuk Van Allen bawah telah berubah secara mencolok sejak peledakan-peledakan nuklir tahun 1962 yang dijalankan oleh AS dan USSR, dan tidak pernah kembali ke keadaannya yang semula. Menurut para ilmuwan Amerika, pada level normal, butuh ratusan tahun bagi Sabuk Van Allen untuk tumbang. (Riset yang dilakukan oleh: Nigel Harle, Borderland Archives, Cortenbachstraat 32, 6136 CH Sittard, Belanda.)
SPS: Solar Power Satellite Project (1968)
Pada tahun 1968, militer AS mengajukan Solar Powered Satellites (Satelit Bertenaga Solar) di orbit geostasioner sekitar 40.000 km di atas bumi, yang dapat mencegat radiasi solar dengan menggunakan sel-sel solar pada satelit dan mentransmisikannya via sinar gelombang mikro ke antena penerima, yang disebut rectenna, di bumi. Kongres AS memandatkan Departemen Energi dan AS untuk mempersiapkan Environment Impact Assessment (Penilaian Dampak Lingkungan) atas proyek ini, untuk diselesaikan Juni 1980, dan berbiaya $25 juta. Proyek ini dirancang untuk membangun 60 Satelit Bertenaga Solar dalam waktu tiga puluh tahun dengan biaya antara $500 sampai $800 miliar (nilai dolar tahun 1968), untuk menyediakan 100 persen kebutuhan energi AS di tahun 2025 dengan biaya $3000 per KW. Pada saat itu, biaya proyek tersebut bernilai dua hingga tiga kali lebih besar dari seluruh anggaran Departemen Energi, dan biaya listrik yang diproyeksikan itu jauh di atas biaya untuk sumber-sumber energi konvensional. Lokasi rectenna di bumi diperkirakan membutuhkan area hingga seluas 145 km persegi, dan jauh dari penempatan oleh manusia, hewan, atau bahkan tumbuh-tumbuhan. Masing-masing satelit direncanakan seukuran Pulau Manhattan.
Roket Saturn V (1975)
Disebabkan oleh malfungsi, Roket Saturn V terbakar di ketinggian atmosfer, di atas 300 km. Kebakaran ini menghasilkan “sebuah lubang ionosfer besar” (Mendillo, M. Et al., Science p. 187, 343, 1975). Gangguan tersebut mengurangi jumlah kandungan elektron lebih dari 60 persen di atas area dengan radius 1.000 km, dan berlangsung selama beberapa jam. Hal ini menghalangi semua telekomunkasi di sebagian besar wilayah Samudera Atlantik. Fenomena itu tampaknya disebabkan oleh reaksi antara gas-gas sisa pembakaran dengan ion-ion oksigen ionosfer. Reaksi ini memancarkan airglow (pijaran udara) 6.300 A. Antara tahun 1975 dan 1981, NASA dan militer AS mulai merancang cara-cara untuk mengujicoba fenomena baru ini melalui eksperimen terhadap ionosfer.
Keterlibatan Militer dalam SPS (1978)
Tinjauan awal terhadap Proyek Solar Power Satellite dimulai sekitar tahun 1978, dan saya masuk dalam panel peninjau. Walaupun proyek ini diajukan sebagai sebuah program energi, ia melibatkan militer secara signifikan. Salah satu yang paling signifikan, pertama kali dijelaskan oleh Michael J. Ozeroff, adalah kemungkinan pengembangan satellite-borne beam weapon (senjata penyorotan dengan satelit-penj) untuk penggunaan misil anti-balistik. Satelit-satelit ini akan berada di orbit geosinkron, masing-masing memberikan titik pengamatan yang menguntungkan sehingga bisa meninjau seluruh belahan bumi secara terus-menerus. Muncul spekulasi bahwa sinar laser high energy bisa berfungsi sebagai thermal weapon (senjata panas) untuk melumpuhkan atau menghancurkan misil musuh. Ada beberapa pembicaraan mengenai electron weapon beam (sinar senjata elektron), berupa penggunaan sinar laser untuk memanaskan jalur untuk sinar elektron yang akan menyusul.
SPS juga digambarkan sebagai sebuah senjata psikologis dan anti-personel, yang bisa diarahkan ke musuh. Jika sinar gelombang mikro utama dialihkan dari rectenna-nya, ke arah personel musuh, itu bisa menggunakan panjang gelombang (yang tak terlihat) radiasi inframerah sebagai senjata anti-personel. Itu juga mungkin bisa mentransmisikan energi yang cukup besar ke material yang mudah terbakar. Relay (pemancaran ulang) tenaga sinar laser bisa dikirimkan dari satelit SPS ke satelit-satelit atau platform (sarana) lain, misalnya pesawat terbang, untuk tujuan militer. Salah satu aplikasi yang mungkin adalah mesin turbofan bertenaga laser yang bisa menerima sinar laser secara langsung dalam combustion chamber (ruang pembakaran)nya, menghasilkan gas bertemperatur tinggi yang diperlukan untuk operasi penjelajahannya. Ini memungkinkan waktu penjelajahan on-station (percobaan) yang tak terbatas. Sebagai sebuah senjata psikologis, SPS dapat menimbulkan kepanikan umum.
SPS mampu mentransmisikan energi ke operasi-operasi militer di manapun di bumi. Platform (sarana) SPS bermuatan manusia akan memberikan kemampuan pengawasan dan peringatan dini, dan ketersambungan dengan kapal selam. Ia juga akan memberikan kemampuan menyumbat komunikasi musuh. Potensi penyumbatan dan penciptaan komunikasi adalah signifikan. SPS juga bisa menyebabkan perubahan fisik di ionosfer.
Presiden Carter menyetujui Proyek SPS dan mendukungnya kendati banyak keberatan dari anggota panel peninjau, termasuk saya. Untungnya, biaya proyek itu sangat mahal, melampaui seluruh anggaran Departemen Energi, sehingga pendanaannya ditolak oleh Kongres. Saya mendatangi United Nations Committee on Disarmament terkait proyek ini, tapi kemudian diberitahu bahwa sepanjang program itu disebut Energi Solar oleh AS, maka tidak bisa dianggap sebagai proyek senjata. Proyek yang sama kembali mengemuka di AS di bawah pemerintahan Presiden Reagen. Ia mendukungnya dengan anggaran Departemen Pertahanan yang jauh lebih besar dan menyebut proyek itu sebagai Star Wars. Karena sejarah yang ini masih agak baru, saya tidak akan membicarakan debat yang berkecamuk terkait tahapan rencananya.
Pada 1978, nampak jelas bagi militer AS bahwa komunikasi dalam situasi permusuhan nuklir tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan metode tradisional teknologi radio dan televisi (Jane’s Military Communications 1978). Pada 1982, GTE Sylvania (Needham Heights, Massachusetts) telah mengembangkan sebuah sub-sistem elektronik pusat komando untuk Ground Launch Cruise Missile (GLCM) Angkatan Udara AS yang memungkinkan komandan militer untuk memonitor dan mengontrol misil sebelum meluncur baik dalam situasi permusuhan maupun tidak. Sistem tersebut memuat enam subsistem radio, dibuat dengan menggunakan dark beam (tidak terlihat) dan visible light (cahaya terlihat) dan tahan terhadap gangguan yang dialami oleh radio dan televisi. Dark beam (sinar gelap) berkontribusi dalam pembentukan plasma energetic di atmosfer. Plasma ini bisa menjadi terlihat, seperti kabut atau asap. Beberapa plasma memiliki charge (muatan) yang berbeda dari energi matahari, dan berakumulasi di tempat-tempat di mana energi matahari tidak hadir, seperti di wilayah kutub saat musim dingin. Ketika kutub mengalami musim panas, matahari akan nampak dan memukul mundur plasma ini, menghasilkan lubang-lubang di lapisan ozon. Sistem militer ini disebut Ground Wave Emergency Network (GWEN). (Lihat The SECOMII Communication System, karya Wayne Olsen, SAND 78- 0391, Sandia Laboratories, Albuquerque, New Mexico, April 1978.) Sistem radio darurat yang inovatif ini kelihatannya tak pernah diimplementasikan di Eropa, dan hanya ada di Amerika Utara.
Orbit Maneuvering System (1981)
Salah satu bagian dari rencana pembangunan platform ruang angkasa SPS adalah space shuttle yang bisa digunakan berulang-ulang, karena mereka tidak bisa terus-menerus membuang-buang roket. Pada tahun 1981, NASA Spacelab 3 Mission of the Space Shuttle memberikan “serangkaian jalan pada jaringan lima pangkalan observatorium” supaya mempelajari apa yang terjadi di ionosfer ketika Shuttle menyuntikkan gas-gas ke dalamnya dari Orbit Maneuvering System (OMS). Mereka menemukan bahwa mereka dapat “menciptakan lubang ionosfer” dan mulai bereksperimen dengan lubang-lubang yang tercipta di siang hari, atau di malam hari, di atas Millstone, Connecticut, dan Arecibo, Puerto Rico. Mereka bereksperimen dengan efek-efek “penipisan ionosfer—yang dihasilkan secara artifisial—terhadap panjang gelombang low frequency, terhadap instabilitas plasma di khatulistiwa, dan terhadap observasi astronomis radio low frequency di atas Roberval, Quebec, Kwajelein, di Kepulauan Marshall dan Hobart, Tasmania” (Advanced Space Research, Vo1.8, No. 1, 1988).
Eksperimen Shuttle Inovatif (1985)
Sebuah operasi inovatif Space Shuttle untuk menjalankan eksperimen fisika ruang angkasa di orbit bumi diluncurkan, memanfaatkan penyuntikan gas-gas dari OMS untuk “menimbulkan penipisan mendadak di area konsentrasi plasma lokal, menciptakan apa yang disebut lubang ionosfer”. Penipisan plasma secara artifisial ini kemudian dapat digunakan untuk menginvestigasi fenomena angkasa lainnya, seperti misalnya perkembangan instabilitas plasma atau perubahan jalur propagasi (perambatan) radio. Sampai sekarang, pembakaran OMS selama 47 detik pada 29 Juli 1985 itu menghasilkan lubang ionosfer paling besar dan paling berumur panjang, membuang sekitar 830 kg gas buang ke ionosfer pada saat matahari terbenam. Pembuangan OMS selama 6 detik di atas Connecticut pada Agustus 1985 menghasilkan airglow (pijaran udara) yang menutupi langit seluas 400.000 km persegi.
Selama tahun 1980-an, peluncuran roket secara global mencapai sekitar 500 sampai 600 per tahun, puncaknya pada 1989 yang mencapai 1500. Selama Perang Teluk bahkan lebih banyak lagi. Shuttle merupakan roket berbahan bakar padat terbesar, dengan booster (pendorong) kembar sepanjang 45 meter. Semua roket berbahan bakar padat melepaskan sejumlah besar hydrochloric acid (air keras) dalam gas buang mereka, masing-masing penerbangan Shuttle menyuntikkan sekitar 75 ton chlorine (khlor) perusak ozon ke stratosfer. Sejak 1992, peluncuran itu bahkan semakin banyak menyuntikkan khlor perusak ozon, sekitar 187 ton, ke stratosfer (yang mengandung lapisan ozon).
Mighty Oaks (1986)
Pada April 1986, sesaat sebelum bencana Chernobyl, AS telah gagal menjalankan ujicoba hidrogen di Nevada Test Site yang dijuluki Mighty Oaks. Ujicoba ini, dilakukan jauh di bawah tanah, terdiri dari peledakan bom hidrogen di satu ruangan, dengan sebuah pintu lapis baja setebal dua meter yang menuju ruangan tersebut yang tertutup dalam beberapa milidetik ledakan itu. Pintu itu hanya dibolehkan membiarkan sinar radioaktif pertama lepas memasuki “ruang kendali” yang menyimpan alat-alat mahal. Radiasi tersebut akan ditangkap sebagai weapon beam (sinar senjata). Pintu gagal ditutup secepat mungkin sebagaimana direncanakan, menyebabkan gas-gas radioaktif dan puing-puing memenuhi ruang kendali, merusak peralatan seharga jutaan dolar. Eksperimen itu adalah bagian dari program pengembangan senjata sinar X dan sinar partikel. Radioaktif yang lepas dari Mighty Oaks dikeluarkan, di bawah “pengeluaran berizin”, dan sepertinya bertanggung jawab atas banyaknya laporan debu radioaktif nuklir di Amerika Utara pada Mei 1986, yang dihubungkan dengan bencana Chernobyl.
Desert Storm (1991)
Menurut Defense News, edisi 13-19 April 1992, AS menyebarkan electromagnetic pulse weapon (EMP) di Desert Storm, dirancang untuk menirukan kilasan listrik bom nuklir. Pada tahun 1989 Sandia National Laboratory membangun sebuah laboratorium seluas 23.000 meter persegi di Kirkland Air Force Base, untuk menyimpan electron beam generator (generator sinar elektron) Hermes II yang mampu menghasilkan pulse (getaran) 20 triliun watt yang bertahan selama 20 permiliar hingga 25 permiliar detik. Simulator sinar X ini disebut Particle Beam Fusion Accelerator. Aliran elektron-elektron yang menghantam pelat logam bisa menghasilkan sinar X atau sinar gamma yang bergetar. Hermes II telah memproduksi sinar elektron sejak 1974. Alat-alat ini sepertinya diujicoba selama Perang Teluk, walaupun detil informasi tentang mereka jarang.
High Frequency Active Auroral Research Program, HAARP (1993)
Program HAARP dikelola bersama oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS, dan berbasis di Gakona, Alaska. Ia dirancang untuk “memahami, mensimulasikan, dan mengendalikan proses-proses ionosfer yang mungkin mempengaruhi performa sistem komunikasi dan pengawasan”. Sistem HAARP dimaksudkan untuk mengarahkan 3,6 Gigawatt listrik energi radio high frequency ke ionosfer dalam rangka:
• Menghasilkan gelombang extremely low frequency (ELF) untuk berkomunikasi dengan kapal selam di bawah permukaan air.
• Melakukan penyelidikan geofisik untuk mengidentifikasi dan menggolongkan proses-proses alami ionosfer sehingga bisa mengembangkan teknik-teknik untuk meredakan atau mengendalikannya.
• Menghasilkan lensa-lensa ionosfer untuk memfokuskan sejumlah besar energi high frequency, sehingga menyediakan cara untuk memicu proses-proses ionosfer yang secara potensial dapat dieksploitasi untuk kepentingan Departemen Pertahanan.
• Akselerasi elektron untuk infrared (IR) dan emisi optis lainnya yang dapat digunakan untuk mengendalikan sifat propagasi gelombang radio.
• Menghasilkan ionisasi yang sejajar dengan bidang geomagnet untuk mengendalikan sifat refleksi/pemencaran gelombang-gelombang radio.
• Memanfaatkan pemanasan tak langsung untuk menimbulkan efek-efek terhadap propagasi gelombang radio, sehingga memperlebar potensi aplikasi militer teknologi peningkatan ionosfer.
Peluncuran Poker Flat Rocket (1968 sampai sekarang)
Poker Flat Research Range terletak sekitar 50 km utara Fairbanks, Alaska, dan dibangun pada 1968. Ia dioperasikan oleh Geophysical Institute bersama University of Alaska Fairbanks, di bawah kontrak NASA. Sekitar 250 peluncuran roket utama telah dilakukan dari tempat ini, dan pada tahun 1994, sebuah roket sepanjang 16 meter diluncurkan untuk membantu NASA “memahami reaksi-reaksi kimia di atmosfer yang terkait dengan perubahan iklim global”. Eksperimen-eksperimen serupa, namun menggunakan Chemical Release Modules (CRM), telah diluncurkan dari Churchill, Montana, Manitoba. Pada tahun 1980, “Project Waterhole”-nya Brian Whelan mengacaukan sebuah aurora borealis, membuatnya berhenti sementara. Pada Februari 1983, bahan kimia yang dilepaskan ke ionosfer menimbulkan aurora borealis di atas Churchill. Pada Maret 1989, dua roket Black Brant X dan dua roket Nike Orion diluncurkan di atas Kanada, melepaskan barium di ketinggian dan menciptakan awan-awan artifisial. Awan artifisial Churchill ini bisa terlihat dari Los Alamos, New Mexico.
Angkatan Laut AS juga kini sedang menjalankan riset High Power Auroral Stimulation (HIPAS) di Alaska. Melalui rangkaian kabel dan sebuah antena 15 meter, mereka telah mengarahkan sinyal-sinyal berintensitas tinggi ke atmosfer bagian atas, menghasilkan gangguan terkendali di ionosfer. Awal tahun 1992, Angkatan Laut membicarakan tentang pembuatan antena sepanjang 10 km di langit untuk menghasilkan gelombang-gelombang extremely low frequency (ELF) yang diperlukan untuk komunikasi dengan kapal selam. Tujuan lain dari eksperimen-eksperimen ini adalah untuk mempelajari Aurora Borealis, disebut oleh beberapa pihak sebagai lab plasma outdoor untuk mempelajari prinsip fusi. Penerbangan Shuttle kini mampu menghasilkan aurora-aurora dengan sinar partikel. 10 November 1991, sebuah aurora borealis terlihat di langit Texas untuk pertama kalinya yang pernah terekam, dan ia bisa terlihat oleh penduduk dari Ohio dan Utah, Nebraska dan Missouri. Langit memuat “warna-warna Natal” dan banyak ilmuwan segera menyalahkannya pada aktivitas solar. Namun, ketika didesak, sebagian besar mengakui bahwa ionosfer pada saat itu pasti telah diperlemah, sehingga partikel-partikel bermuatan listrik yang menghantam atmosfer bumi menciptakan cahaya yang sangat jelas yang disebut airglow. Partikel-partikel bermuatan ini normalnya tertarik ke utara oleh bidang magnet bumi, menuju kutub magnet utara. Northern Light, aurora borealis itu biasa disebut, normalnya terjadi di pusat kutub di mana partikel-partikel energetic (yang diarahkan oleh garis-garis gaya magnet) diarahkan.
Ekstremely Low Frequency
Selain itu, HAARP bukan satu-satunya sistem yang tersedia yang bisa digunakan untuk mengambil manfaat dari teknologi baru ini. Militer telah mengembangkan sistem senjata yang lebih kecil untuk digunakan di medan perang. Senjata-senjata baru ini diungkapkan dalam dokumen-dokumen yang dikarang dan disusun oleh Angkatan Udara AS. Dokumen-dokumen Angkatan Udara tersebut mengindikasikan bahwa senjata ini bisa digunakan untuk mind control (pengendalian pikiran), menimbulkan serangan jantung, menyebabkan kerusakan elektronik, dan menyebabkan malfungsi komputer. Yang teranyar, senjata-senjata baru ini diungkapkan dalam dokumen Palang Merah Internasional dan laporan pers lainnya. Dalam siaran CBS – 60 Minutes tanggal 11 Februari 1996 diperlihatkan sebuah laporan mengenai beberapa sistem baru ini. Program tersebut membahas beberapa efek dari senjata-senjata baru ini, yang meliputi disorientasi dan “gejala mirip flu”.
Klasifikasi baru senjata ini telah menciptakan perhatian serius di pihak perencana militer untuk mencari suatu cara guna memperkenalkan sistem-sistem ini. Tentara AS telah mengembangkan suatu konsep yang disebut Revolution in Millitary Affairs (RMA) yang mulai mengungkapkan rencana pengenalan senjata tersebut. Yang ditekankan oleh dokumen ini adalah bahwa banyak dari senjata-senjata ini yang operasinya, sedikit banyak, akan bertentangan dengan American values (nilai-nilai Amerika). Tentara AS sadar bahwa pertentangan dengan nilai-nilai kita memang ada dan secara terbuka membahas masalah yang dtimbulkannya. Tentara AS kemudian menjelaskan sejumlah cara untuk membentuk ulang nilai-nilai itu sehingga senjata baru tersebut dapat digunakan. Masalah dasarnya, dari perspektif para penulis ini, adalah bahwa peran Tentara AS dalam kancah Amerika bukan dimaksudkan untuk “menentukan dan membentuk nilai-nilai publik”, tapi lebih untuk “mencerminkan” nilai-nilai Amerika. Ide bahwa semua cabang pemerintah harus memandang perannya sebagai penentu etika nasional adalah salah.
Militer AS telah mengambil keuntungan dari riset dasar yang mendemonstrasikan efek-efek dari berbagai jenis radiasi elektromagnetik. Riset ini sedang digunakan untuk pengembangan senjata. Teknologi baru ini sebagian telah ditransfer ke Departemen Hukum AS untuk digunakan dalam tindakan polisi dalam negeri. Transfer teknologi tersebut telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Tiga konferensi telah diadakan antara tahun 1985 dan 1993 dalam rangka memperkenalkan teknologi tersebut secara bertahap. Konferensi yang terakhir mencakup pembahasan sistem pulsed radio frequency dan dianggap sangat sensitif sehingga keseluruhan pertemuan tersebut dirahasiakan oleh Departemen Pertahanan dan sponsor program – Los Alamos Laboratory. Pertemuan terakhir ini telah membawa kepada pengembangan kebijakan yang sekarang mengizinkan transfer teknologi dari militer ke Departemen Hukum AS.
Ada sejumlah efek dari radiasi elektromagnetik low level ini. Efeknya bisa positif bisa negatif, tergantung tujuan operator. Di Eropa, dan tempat lainnya, penggunaan radiasi elektromagnetik low level ini sedang diterapkan pada pengembangan sistem penyembuhan yang sangat efektif. Dalam artikel-artikel mendatang, kita akan mendiskusikan temuan para peneliti dan dokter klinis yang sedang menggunakan sistem elektromedis baru ini. Karya signifikan telah dihasilkan dalam aplikasi-aplikasi non-bedah untuk mengobati penyakit jantung, kanker, diabetes, dan sejumlah penyakit lain. Namun, sisi gelap dari teknologi ini adalah militer. Departemen Pertahanan memanfaatkan informasi dasar yang sama untuk mengembangkan senjata yang menyerang kesehatan.
Penggunaan senjata baru ini dalam mengubah dan memanipulasi fungsi-fungsi otak manusia sangat mengagetkan. Pada November 1995, saya bertanya kepada Dr. Patrick Flanagan apakah ada suatu cara untuk menghadapi radiasi low level dalam lingkup ELF. Ini adalah lingkup frekuensi yang dapat menyebabkan gangguan dalam otak manusia. Dia memikirkan pertanyaan tersebut dan kemudian melukiskan konfigurasi peralatan berikut untuk digunakan di rumah atau kantor:
Dr. Flanagan menyarankan membangun sebuah sirkuit. Sistem ini, ia menjelaskan, dimulai dengan generator (pembangkit) “white noise” (ini bisa diperoleh dari organisasi-organisasi seperti Sharper Image). Speaker pembangkit white noise dicopot lalu kabel penghubung speaker disambungkan dengan bagian input sebuah amplifier daya. Bagian output amplifier daya kemudian disambungkan dengan kabel tembaga berisolasi yang akan mengikal jika berada di sekitar area yang hendak dilindungi dari ELF. Sirkuit ini akan memberikan perlindungan terhadap sinyal-sinyal ELF low power density (berdensitas daya rendah). Kegunaan sistem ini adalah untuk menciptakan sebuah situasi di mana sinyal ELF tidak dapat “terkunci” pada sistem-sistem biologis – seperti manusia. Keefektifan sistem ini tergantung pada konstruksinya dan level daya ELF. Komponen-komponen untuk konstruksi bisa diperoleh di toko penyedia elektronik dan bisa dibangun oleh orang-orang berketrampilan elektronik untuk memastikan bahwa ukuran komponennya cocok.
Kesimpulan
Terlalu terburu-buru untuk berasumsi bahwa HAARP adalah eksperimen terpencil yang tidak akan diperluas. Ia terkait dengan program intensif dan terus destruktif berusia 50 tahun dalam rngka memahami dan mengendalikan atmosfer bagian atas.
Terlalu terburu-buru untuk tidak mengaitkan HAARP dengan pembangunan laboratorium ruang angkasa yang secara terpisah sedang direncanakan oleh AS. HAARP adalah bagian integral dari sejarah panjang riset dan pengembangan ruang angkasa yang bersifat militer.
Keterlibatan militer dalam menggabungkan proyek-proyek ini sangat mengkhawatirkan.
Dasar proyek ini adalah kontrol komunikasi, baik gangguan maupun kehandalan, dalam situasi bermusuhan. Kekuasaan yang dapat digenggam melalui kontrol seperti itu sangat jelas.
Kemampuan kombinasi roket/Spacelab/HAARP untuk melepaskan energi yang besar, dibandingkan dengan bom nuklir, di mana pun di bumi ini via sinar partikel dan laser, sangat mengerikan.
Proyek ini kemungkinan “dijual” ke publik sebagai perisai angkasa, bukan senjata yang akan datang, atau untuk lebih naif, alat untuk memperbaiki lapisan ozon. (unseen hand/mugiwara no nakama)
0 komentar:
Posting Komentar